Pada abad pertengahan, yang namanya perang, membunuh satu sama lain, menyiksa, melakukan perzinaan dan maksiat. Adalah hal yang lumrah. Kala itu yang berkuasa adalah raja. Hukum layaknya rimba dilaksanakan, yang kuat berkuasa, dan yang lemah harus pasrah.
Begitu pula pada zaman kolonial, khususunya di Indonesia. Negara kecil bernama Jepang dan Belanda menginjak – injak martabat tanah air, membantai pribumi dengan sadis, menguasai hukum dan perdagangan dengan cara menjijikan.
Kecuali para munafik yang harga dirinya dapat dibayar oleh uang dan kekuasaan. Takkan ada manusia yang tinggal diam dengan situasi seperti ini.
Salah satunya adalah para Ulama.
Ingatkah kalian bagaimana murkanya Imam Bonjol, ketika tentara Belanda membakar Masjid dan melecehkan wanita di daerahnya. KH.Ahmad Dahlan, yang telah mati – matian menegakkan ahlak dan aqidah warga Yogyakarta dari segala kesyrikan pada zaman penjajahan. Atau masih terkenangkah di hati kalian, bagaimana seoarang ulama dan sastrawan ulung, Buya Hamka, membantu lahirnya kemerdekaan dengan perjuangan fisik serta kekuatan menulisnya yang tak dapat dipungkiri. Read More